Kisah nyata keluarga umat Maitreya di Pangkalan Susu, Sumatera Utara
Senyum hangat selalu menghiasi wajah Tn. Hok Sen dan lstri, meski hidup dengan penghasilan pas-pasan, tangan mereka seolah tak habis untuk terus memberi, mungkin inilah kunci senyum bahagia yang selalu terpancar dari diri mereka. Kadang kita mungkin berpikir, "Tunggu kalau ekonomi saya sudah longgar atau tunggu saya kaya baru saya akan menyumbang sebanyak banyaknya ke vihara." Jika berkaca dari apa yang dijalani oleh keluarga Tn. Hok Sen kita akan melihat tak perlu tunggu kaya untuk bisa berkarya. Dalam keterbatasan ekonomi, tidak membatasi ruang mereka untuk mengulurkan tangan kepada orang lain. Sejak tahun 2003 setiap che it cap go mereka secara konsisten terus mengantarkan sarapan vegetarian kepada sesama umat secara cuma-cuma, tanpa dibayar sepeserpun. Tujuan mereka selain memudahkan sesama umat untuk bervegetarian setiap che it cap go juga untuk mengetuk hati umat agar dapat melihat kebaikan dari bervegetarian yakni memutus karma pembunuhan.
Ujian datang bertubi-tubi tidak mengecilkan sedikitpun semangat mereka untuk menaruh iman mereka pada LAOMU dan Buddha Maitreya. Pada tahun 1994, kandungan Ny. Hok Sen mengalami gangguan hingga janin meninggal di dalam dan harus menjalani operasi besar. Namun saat itu bertepatan dengan demonstrasi kaum buruh di Medan dan pas hari minggu hingga hanya ada satu dokter yang bisa menangani. Saat operasi akan dilaksanakan Tn. Hok Sen langsung bersujud 3 kali qiu MiLeZhuShi cibei memohon Buddha Maitreya menyertai dan menyerahkan semua dalam pengaturan LAOMU, "Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa" mohon Tn. Hok Sen dalam sujudnya. Operasi pun berjalan lancar. Beberapa tahun kemudian, ada daging tumbuh pada bekas operasi di rahim hingga operasi kembali harus dilakukan, hb turun sampai 4, berkat lindungan LAOMU dan Buddha Maitreya, ujian ini pun dapat dilewati. Lalu yang terakhir adalah gagal ginjal. Dokter di Medan sudah angkat tangan tidak bisa menangani, tetapi dengan tekad yang kuat beliau terus berusaha mencari alternatif. Dengan kapal laut, lalu beliau membawa istrinya berobat ke Penang. Dokter yang merawat meminta Ny. Hok Sen untuk bervegetarian dan beberapa bulan berselang, keajaiban terjadi, hasil laboratorium menunjukkan pemulihan dan akhirnya dinyatakan sembuh. Mereka rasanya dibebaskan dari beban yang sekian lama menghimpit baik fisik, mental dan materi. Sejak itu, Tn. Hok Sen mencari tahu segala sesuatu tentang vegetarian dengan meminjam buku-buku dan cd ceramah di vihara tentang vegetarian.
Setelah mendengarkan dan membaca uraian-uraian dharma tentang vegetarian, Tn Hok Sen melihat vegetarian bukan hanya sekedar urusan kesehatan, namun ada hal lain yang lebih mendasar yakni memutus karma pembunuhan. Tidak seharusnya kita hidup dari kehidupan makhluk lain. Ini yang kemudian selalu disampaikan oleh Tn. Hok Sen kepada umat-umat di Pangkalan Susu, Sumatera Utara. Tahun 2003, Tn. Hok Sen dan istri memutuskan untuk mengajak sesama umat untuk bervegetarian dengan cara mengantarkan sarapan vegetarian setiap penanggalan che it dan cap go. Berbagai pendekatan lain juga sudah dicoba oleh Tn Hok Sen, mengantarkan cd dan buku-buku ceramah pada umat-umat namun tidak terlalu membawa hasil, mungkin karena keterbatasan waktu untuk membaca atau mendengarkan cd ceramah. Lalu Tn. Hok Sen memutuskan untuk memakai cara mengantarkan sarapan vegetarian dari rumah ke rumah dengan sepeda tua miliknya. Beliau tidak sekedar memberi makanan namun juga menggunakan kesempatan saat mengantarkan sarapan untuk membimbing umat, mendorong mereka untuk memulai vegetarian.
Tidak sekali pun Tn.Hok Sen dan istri absen mengantarkan sarapan vegetarian dan upaya ini akhirnya membawa hasil. Salah satunya adalah Tn. Ameng, setelah banyak mendengar kebaikan dan keluhuran dari bervegetarian akhirnya dia memutuskan untuk bervegetarian. "Sejak memutuskan vegetarian, saya juga langsung memutuskan untuk mengganti mata pencaharian, dari tambak udang ke toko serbuserba lima ribu. Saya bersyukur bisa mengenal Jalan Ketuhanan dan bervegetarian karena semua ini telah mengubah hidup saya. Dulu, usaha saya tidak ada yang benar dan sekarang saya bisa melihat semua itu tidak selayaknya saya jalani dan saya putuskan untuk berubah. "Awalnya niat Tn. Ameng untuk bervegetarian mendapat tentangan keras dari ayahnya, namun Tn. Ameng pantang menyerah. hingga akhirnya kini ayahnya sudah dapat menerima dan mendapat dukungan dari istrinya.
Yang Arya Maha Sesepuh Wang : “Harga Diri Sejati adalah tidak merasa minder dengan keterbatasan materi yang dimiliki. Ketika hati tidak lagi dibatasi oleh kaya-miskin, segala kondisi, segala sebab jodoh, segala keterbatasan bukan halangan, selalu ada peluang dalam kondisi bagaimana pun untuk mengetuk hati umat manusia. Mengantar sebuah hati bisa berubah, dan banyak lagi hati yang bisa berubah untuk menyadari keindahan penghargaan pada hidup, hidup sendiri dan hidup semua makhluk, niscaya bahagia senantiasa berpancar dalam diri.”
( Sumber : Majalah Maitreya, edisi 12-2012 )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar