Di ruang bawah tanah rumah mereka yang nyaman di kota kecil di Shenandoah Valley, satu jam perjalanan dari Washington, terdapat gudang penuh makanan kaleng dan makanan awetan lainnya, serta obat-obatan.
"Kami bisa bertahan cukup lama hanya dengan bergantung pada perbekalan ini," kata Blevins.
Di halaman belakang ada tempat buah-buahan tumbuh, juga beberapa tong air tawar yang disimpan di bawah atap. Ada pula gudang senjata yang berisikan pistol dan senapan semi-otomatis, yang digunakan untuk berburu dan menakut-nakuti para penjarah.
Apabila Blevins harus berjalan, setiap anggota keluarga memiliki “tas perbekalan” mereka sendiri, sebuah ransel yang berisi dengan perbekalan perjalanan yang penting, mulai dari katana sampai mainan untuk anak-anak.
"Saya tidak berpikir kami menghabiskan terlalu banyak uang untuk hal ini. Saya rasa kami tidak berlebihan," kata Blevins (35), ayah dari tiga orang anak yang merupakan mantan deputi sheriff dan petugas tim SWAT yang kini bekerja sebagai seorang konsultan bisnis, kepada AFP.
“Ini seperti asuransi. Kami memiliki kehidupan normal, dan kami juga bersiap-siap. Jika kami membutuhkannya, maka kami akan menggunakannya."
Blevins adalah salah satu dari sekian banyak “prepper” (orang yang bersiap-siap menghadapi berbagai kemungkinan terburuk) di Amerika. Mereka membuat rencana besar untuk masa-masa yang buruk, baik itu kekacauan ekonomi, perubahan iklim, terorisme, bencana alam seperti badai Sandy yang baru saja terjadi atau hanya pemadaman listrik yang sangat panjang.
Berbeda dari mereka yang mempertahankan diri secara individu, para prepper terjun ke media sosial, blog dan publikasi mandiri sebagai cara berbagi pengetahuan dan membangun jaringan saat TEOTWAWKI, atau The End Of The World As We Know It (akhir dunia seperti yang kita ketahui).
Beberapa anggota yang lebih terbuka dalam gerakan ini, seperti Blevins, malah tampil dalam program "Doomsday Preppers" selama dua musim, sebuah acara TV National Geographic Channel, yang sekarang tayang di seluruh dunia.
"Sudah lumrah di Amerika, saat ada hal yang menarik perhatian seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk," kata Mike Porenta dari American Preppers Network, sebuah forum online yang mewadahi para prepper di seluruh AS.
Para prepper diam-diam juga didukung pemerintah. Federal Emergency Management Agency (FEMA), yang dalam situsnya, ready.gov, memberitahu warga untuk mengumpulkan perlengkapan dasar guna menghadapi bencana dengan makanan dan air selama tiga hari.
Para prepper juga dapat berbelanja apa pun secara online, mulai dari pasokan makanan untuk satu orang selama setahun ($1.152 atau Rp11 juta dari WalMart) untuk mempersiapkan bunker bawah tanah saat terjadi serangan nuklir, biologi atau kimia.
Di California, Vivos Group memasarkan bunker mewah bagi siapa pun untuk empat anggota keluarga. Bunker ini dapat dibangun secara diam-diam hampir di mana saja hanya dalam satu pekan, dan dilengkapi perbekalan bertahan hidup untuk satu tahun. Pelanggan mereka kini ada 1.000 orang,
James Stevens (73), alias Dr Prepper, yang tinggal di puncak bukit terpencil di luar San Antonio, Texas, telah bersiap-siap menghadapi bencana sendiri sejak tahun 1974 dengan menyiapkan pasokan makanan dan air untuk lima tahun.
Saat itu adalah masa embargo minyak yang dilakukan Arab, yang membuat warga AS sampai harus mengantre panjang untuk mengisi bahan bakar kendaraan mereka.
"Anda mempersiapkan diri untuk gaya hidup yang ingin Anda pertahankan ketika hidup Anda diambil alih oleh hal-hal yang tidak bisa Anda kendalikan," kata Stevens, penulis “Family Preparedness Handbook”, yang terjual sebanyak 800 ribu eksemplar dan sudah dicetak ulang 12 kali.
Bagaimana dengan ramalan bangsa Maya? "Ini adalah hal terakhir yang saya khawatirkan," kata Stevens kepada AFP melalui telepon. "Saya lebih prihatin terhadap situasi ekonomi, politik dan moral."
Lisa Bedford, ibu dari dua orang anak yang menuli blog TheSurvivalMom.com memberikan tips yang berguna mengenai cara untuk menangani bencana bersama anak-anak.
"Kami mulai mempersiapkan untuk bayi bahkan sebelum hamil," kata Bedford, yang menyimpan pasokan untuk tiga bulan, cabai dan selai kacang di rumah, ditambah perlengkapan bertahan hidup di dalam mobil untuk bertahan selama 72 jam dengan anak-anak.
"Saya ingin keluarga saya tidak terlalu rentan, apa pun yang terjadi," tambahnya. "Ada kekuatan dalam bersikap proaktif."
Kembali ke Berryville, simaklah kata-kata ibu dari Blevins yang juga tahu mengenai cara bertahan hidup, setelah mengalami peperangan di kampung halamannya di Vietnam sebelum datang ke AS. Dia bilang bahwa ada "perbedaan tipis antara persiapan dan paranoia."
Meski demikian Belvins tetap bersiap-siap terhadap malapetaka apa pun yang terjadi.
"Sejak tahun 2000, di negara bagian ini (Virginia), kami sudah mengalami 17 kali bencana besar, mulai dari serangan teroris 11 September 2001 hingga gempa bumi, serta badai salju," katanya.
"Sebagai seorang suami dan ayah, saya ingin memastikan bahwa keluarga saya benar-benar siap, untuk menghadapi apa pun yang akan datang."
0 komentar:
Posting Komentar