Seorang pemuda yang sedang kelaparan pergi menuju
sebuah restoran di jalanan dan ia pun menyantap makanan yang telah ia pesan.
Saat pemuda itu makan, datanglah seorang anak laki-laki menjajakan kue kepada
pemuda tersebut. “Pak mau beli kue, Pak?”
Dengan ramah, pemuda yang sedang makan menjawab
“Tidak, saya sedang makan.”
Anak
kecil tersebut tidak berputus asa, ia tawarkan lagi kepada pemuda tersebut
setelah selesai makan, pemuda itu menjawab, “Tidak Dik, saya sudah kenyang.”
Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan beranjak
pergi dari warung kaki lima, anak kec il penjaja kue tetap tidak menyerah dengan usahanya yang
sudah hampir seharian menjajakan kue buatan bundanya. Mungkin anak kecil itu
berpikir “Saya coba tawarkan lagi kue kepada bapak itu, siapa tahu bisa jadi
oleh-oleh untuk orang di rumah.” Ini adalah usaha yang gigih untuk membantu
ibunya untuk menyambung kehidupan mereka yang serba pas-pasan.
Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung
tersebut, anak kecil penjaja kue menawarkan lagi untuk yang ketiga kali. “Pak,
mau beli kue saya?” Pemuda yang ditawari risih juga untuk menolak ketiga
kalinya. Ia kemudian mengluarkan uang Rp.2000,- dari dompetnya dan diberikannya
sebagai sedekah. “Dik, ini saya beri, kuenya enggak usah saya ambil, anggap
saja ini sedekahan dari saya buat adik.”
Uang yang diberikan oleh pemuda tersebut diambilnya
dan diberikan kepada pengemis yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi bingung,
pikirnya, “Lho, ini anak dikasih uang kok malah dikasihkan pada prang lain?” Ia
pun bertanya, “Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa tidak kamu ambil?”
Anak kecil penjaja kue tersebut tersenyum lugu dan menjawab, “Saya sama ibu di
rumah untuk menjual kue buatannya, bukan untuk menjadi seorang pengemis, dan
saya merasa bangga bila sesampai saya di rumah saya berkata kepada ibu kalau
kue buatannya habis. Uang yang saya berikan kepada ibu adalah hasil kerja keras
saya. Ibu tidak suka saya menjadi pengemis.”
Pemuda tersebut terkagum dengan kata-kata uyang
diucapkan oleh anak kecil penjaja kue yang masih di bawah usia, tetapi sudah
mempunyai etos kerja bahwa “kerja adalah sebuah kehormatan” . Jika dia tidak
sukses pada pekerjaannya menjajakan kue, ia berpikir kehormatan kerja dihadapan
ibunya akan berkurang nilainya. Suatu pantangan bagi si ibu bila anaknya
menjadi seorang pengemis. Ia ingin melihat ibunya tersenyum dan menyambut
kedatangan saat ia pulang ke rumah. Senyuman bunda yang tulus itu dibalasnya
dengan kerja yang terbaik dan menghasilkan uang.
Kemudian, pemuda tersebut memborong semua kue yang
dijual. Bukan karena lapar, bukan karna kasihan, tapi karena prinsip yang
dimiliki anak kecil itu, “kerja adalah sebuah kehormatan”, yang berarti ia akan
mendapatkan uang apabila sudah bekerja dengan baik.
Renungan
Makna yang bisa diambil adalah, kerja bukan masalah
uang semata, tapi lebih dalam lagi, keja membawa sutu arti bagi kehidupan kita.
Kadang mata kita “hijau” saat melihat uang samapi kita melupakan arti
pentingnya kebanggan atas frofesi yang kita miliki.
Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya sutu
frofesi, tetapi yang lebih penting adalah etos kerja, yang berarti pengharapan
terhadap apa yang kkita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan, sejauh
bisa memberikan rasa bangga dalam dirim itu akan berarti sangat besar!
0 komentar:
Posting Komentar